Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa
kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam,
tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna
sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas
dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum
bunga yang paling indah di dunia.
Cerita bermula ketika masih kecil, sebut saja si Andi,
terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan
untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, sang Orang Tua sering
memberikan porsi nasinya untuk Andi. Sambil memindahkan nasi ke mangkuk Andi,
Orang Tua berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" --------KEBOHONGAN
Orang Tua YANG PERTAMA
Ketika Andi mulai tumbuh dewasa, Orang Tua yang gigih sering
meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, Orang
Tua berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan
bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, Orang Tua memasak sup ikan yang
segar dan mengundang selera. Sewaktu Andi memakan sup ikan itu, Orang Tua duduk
disampingnya dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang
merupakan bekas sisa tulang ikan yang Andi makan. Andi melihat Orang Tua
seperti itu, hatinya tersentuh juga, lalu menggunakan sendok dan memberikannya
kepada Orang Tua'nya. Tetapi sang Orang Tua dengan cepat menolaknya, ia berkata
: "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN
Orang Tua YANG KEDUA
Sekarang Andi sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah
abangnya dan dia, Orang Tua pergi ke koperasi pembuatan kotak korek api untuk
membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel merk'nya, dan hasil tempelannya
itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim
dingin tiba, Andi bangun dari tempat tidurnya, melihat Orang Tua masih bertumpu
pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak
korek api. Andi berkata :"Ibu/bapak, tidurlah, udah malam, besok pagi
ibu/bapak masih harus kerja." Orang Tua tersenyum dan berkata
:"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" --------KEBOHONGAN Orang Tua
YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, Orang Tua meminta cuti kerja supaya dapat
menemani Andi pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai
menyinari, Orang Tua yang tegar dan gigih menunggu Andi di bawah terik matahari
selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
selesai. Orang Tua dengan segera menyambut Andi dan menuangkan teh yang sudah
disiapkan dalam botol yang dingin untuknya. Teh yang begitu kental tidak dapat
dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat Orang Tua yang
dibanjiri peluh, Andi segera memberikan gelasnya untuk Orang Tuanya sambil
menyuruhnya minum. Orang Tua berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!"
----------KEBOHONGAN Orang Tua YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah/ibu karena sakit, ayah/ibu yang
malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan
dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga
pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi
keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di
dekat rumah Andi pun membantu ayah/ibu baik masalah besar maupun masalah kecil.
Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan keluarga Andi yang begitu
sengsara, seringkali menasehati ayah/ibu Andi untuk menikah lagi. Tetapi Orang
Tua yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ayah/ibu
berkata : "Saya tidak butuh cinta" ---------- KEBOHONGAN Orang Tua
YANG KELIMA
Setelah Andi dan abangnya semua sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ayah/ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ayah/ibu tidak
mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Abang Andi yang bekerja di luar kota sering
mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ayah/ibu, tetapi
ayah/ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik
uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN
Orang Tua YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, Andi pun melanjutkan studi ke S2 dan
kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika
berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya Andi pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, Andi bermaksud membawa
ayah/ibunya untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ayah/ibu yang baik hati,
bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepada Andi "Aku tidak
terbiasa" ----------KEBOHONGAN Orang Tua YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ayah/ibu terkena penyakit
kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, Andi yang berada jauh di seberang
samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ayah/ibunda tercinta.
Andi melihat ayah/ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
operasi. Ayah/Ibu yang keliatan sangat tua, menatap Andi dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena
sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi
tubuh ayah/ibu Andi sehingga ayah/ibunya terlihat lemah dan kurus kering. Andi
sambil menatap ayah/ibunya sambil berlinang air mata. Hatinya perih, sakit
sekali melihat ayah/ibunya dalam kondisi seperti ini. Tetapi ayah/ibu dengan
tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku,Aku tidak kesakitan"
----------KEBOHONGAN Orang Tua YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibu Andi
tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti
merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ayah,
terimakasih ibu ! " Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita
tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan
waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas
kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk
meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu
yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar/suami/ istri kita, kita pasti
lebih peduli dengan pacar/suami/ istri kita. Buktinya, kita selalu cemas akan
kabarnya, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia
bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari
orang tua kita? Cemas apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Cemas
apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya,
coba kita renungkan kembali lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi
orang tua
kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata
"MENYESAL" di kemudian hari.
0 komentar:
Posting Komentar